Selasa, 16 Agustus 2011 |
0
komentar
Proses pengelolaan sampah di Kelurahan Jomblang, secara garis besar menggunakan konsep 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle.
· Reduce (pengurangan), merupakan upaya untuk mengurangi jumlah timbulan sampah.
Jumlah sampah di Kelurahan Jomblang cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Berikut ini adalah tabel mengenai perubahan jumlah penduduk yang mempengaruhi volume sampah di kelurahan ini.
Tabel Jumlah Penduduk dan Volume Sampah di Kelurahan Jomblang
Tahun 2003-2007
Kelurahan | Jumlah Penduduk (jiwa) | Volume Sampah (m3/hari) | ||||||||
2003 | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | |
Jomblang | 80.129 | 80.855 | 81.180 | 81.555 | 82.124 | 212 | 218 | 244 | 249 | 251 |
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Semarang, 2007
Kegiatan yang dilakukan untuk pengurangan jumlah sampah di Kelurahan Jomblang telah dilakukan hampir di setiap rumah tangga dengan bantuan APL, misalnya adalah dengan membagikan tas (hasil daur ulang dari sampah anorganik) untuk belanja, sehingga tidak menggunakan tas plastik hitam lagi.
· Reuse (penggunaan kembali), merupakan upaya untuk menggunakan kembali sampah secara langsung, tanpa perubahan bentuk, baik untuk fungsi yang sama ataupun untuk fungsi lain.
Upaya reuse ini belum diterapkan oleh warga dan hanya beberapa orang saja, misalnya saja oleh Ibu Suryadi yang memanfaatkan kembali botol bekas sirup yang telah dihias untuk dijadikan sebagai vas ataupun pajangan.
· Recycle (daur ulang), merupakan upaya untuk memanfaatkan kembali sampah menjadi benda lain yang bermanfaat, setelah dilakukan proses pengolahan. Proses recycle inilah yang paling banyak dilakukan di Kelurahan Jomblang.
Proses daur ulang merupakan proses yang paling banyak dilakukan di Kelurahan Jomblang. Proses ini dibagi menjadi dua macam, yang tergantung dari jenis sampahnya, yaitu sampah organik dan anorganik.
o Sampah organik yang berupa sayur-sayuran atau buah-buahan diolah menjadi pupuk kompos oleh masing-masing rumah tangga. Pengolahan pupuk kompos ini menggunakan keranjang Takakura, yaitu sebuah kotak yang diisi dengan bakteri pemakan sampah organik (istilahnya adalah inokulan). Sampai saat ini, keranjang Takakura yang terdapat di Kelurahan Jomblang sudah mencapai 500 buah (sudah hampir dimiliki tiap rumah tangga).
Inokulan yang terdapat di keranjang Takakura antara lain bekatul, humus, sekam, ragi tape, ragi tempe, dan air gula. Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang Takakura, sampah organik dicacah terlebih dulu. Inokulan di dalam keranjang Takakura mengganggap sisa makanan (limbah organiik) yang dimasukkan sebagai makanan mereka, sehingga akan menjadi pupuk kompos. Proses pengomposan ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena menunggu hingga satu keranjang penuh dengan sampah organik. Waktu yang dibutuhkan untuk pengomposan di tiap rumah tangga adalah ±4 bulan.
Pada RW XIII, terdapat pembuatan kompos secara masal, dalam arti satu kelompok membawahi beberapa keranjang Takakura, jadi proses pengomposan langsung banyak. Pupuk kompos hasil pengolahan inipun sudah dipasarkan, berbeda dengan RW lain yang belum memasarkan pupuknya karena masih digunakan untuk program penghijauan di wilayahnya sendiri.
Selain diolah menjadi pupuk kompos, sampah organik juga dapat diubah menjadi hiasan, seperti yang terdapat di RW VI. Ibu Paryoto telah memanfaatkan kulit bawang putih untuk dijadikan sebagai hiasan berbentuk bunga.
o Sampah anorganik, lebih dikelola oleh APL. Sampah plastik sisa bungkus makanan dan sampah Koran, diolah menjadi barang kerajinan tangan, misalnya menjadi tas. Barang kerajinan inipun sudah memiliki pelanggan tetap, misalnya pesanan tas dari Karang Turi untuk acara reuni akbar. Untuk sampah botol atau kaleng akan dijual kepada para pengepul maupun diangkut oleh para pemulung.
Dengan adanya pengelolaan sampah dengan konsep 3R ini, Kelurahan Jomblang telah berhasil menurunkan 60% dari total produksi sampah. Hal ini tentu saja sudah sangat mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPS.
Label:
Profil
0 komentar:
Posting Komentar